PERAN STRATEGIS ORGANISASI INTERNAL KAMPUS MEMPERSIAPKAN KEPEMIMPINAN

PERAN STRATEGIS ORGANISASI INTERNAL KAMPUS MEMPERSIAPKAN KEPEMIMPINAN

Oleh : Dedy Mahe

mahasiswa

  1. PENDAHULUAN

Setiap manusia memiliki tujuan personal. Ada sebagian besar orang yang satu sama lainnya memiliki kesamaan tujuan personal. Sementara ada beberapa gelintir orang saja yang memiliki tujuan personal yang benar-benar berbeda dengan tujuan orang lain. Mungkin ada diantara pembaca mungkin bertanya, Loh kok bisa ada orang yang tujuan personalnya beda sendiri? Menurut saya, orang yang memiliki tujuan personal berbeda sendiri dengan orang lain tak lain tak bukan itulah mereka orang gila. He..he.. tentu saja hanya orang gila sajalah yang memiliki tujuan berbeda dengan orang lain disekitarnya. Kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama dan mau bekerjasama menggapai tujuan tersebut merupakan embrio organisasi.

Physically, seseorang memiliki batasan yang sangat jelas terlihat. Seorang yang normal terbatas dengan hanya memiliki satu kepala, dua tangan, dua kaki yang tersusun dalam satu tubuh. Sehingga usahlah mencapai tujuan pribadi, dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja haruslah mendapat bantuan orang lain dan pertolongan Tuhan. Saat seseorang butuh bantuan orang lain, Menurut Plato Manusia disebut zoon-politicon.

Keterbatasan, kelemahan dan kekurangan seseorang itulah penyebab butuh bantuan keluarga, rekan, teman, mitra dan orang lain serta pertolongan Yang Maha Kuasa. Sedangkan tujuan personal yang ingin diraih dan masih berupa gagasan (baca: di dunia Ide) butuh proses mencapainya. Kumpulan gagasan (masih di dunia ide) yang sama dari sekelompok orang, kemudian mereka bersama-sama mewujudkannya. Gagasan yang sama dari beberapa orang tersebut terakumulasi dan membentuk tujuan organisasi yang lebih kompleks. Inilah “embrio” lahirnya suatu organisasi.

Dalam rangka mewujudkan tujuan inilah, manusia butuh informasi, pengetahuan, ilmu serta iman yang teguh. Seseorang mendapatkan itu semua berasal dari pendidikan. Baik pendidikan formal seperti sekolah, kampus, pendidikan non-formal seperti lembaga pelatihan-kursus, maupun pendidikan informal seperti keluarga dan lingkungan masyarakat. Idealnya, semakin tinggi ilmu-pengetahuan seseorang seharusnya semakin berkualitas jualah keimanan seseorang.

Bersyukur bagi seseorang yang dapat mengenyam bangku pendidikan di perguruan tinggi. Kuliah kembali menjadi suatu usaha menggapai cita-cita personal tersebut di atas. Mahasiswa yang beruntung merupakan mahasiswa yang tidak hanya belajar di ruangan kelas saja, namun mereka yang mau “belajar” ber-organisasi. Mereka inilah yang “menempa” diri dalam organisasi sehingga memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat memimpin suatu organisasi dalam pencapain tujuan tersebut diluar kampus pasca berkuliah.

Tulisan ini dibuat melalui hasil diskusi dengan banyak pelaku organisasi. Diantaranya Bung Rio Andika yang merupakan Ketua (pimpinan) KNPI Bukittinggi, Joni Saputra, Ketum HmI Cabang Bukittinggi, Almukarrom Kakanda Dr. Aidil Alfin yang sekarang menjadi Ketua (pimpinan) MUI Kota Bukittinggi, Senior-senior di HMI serta KAHMI, maupun dengan tokoh-tokoh pemimpin lainnya. Serta beberapa referensi terkait tentang organisasi dan kepemimpinan.

Makalah ini disusun secara sadar oleh penulis, atas permintaan pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) PBI (Pendidikan Bahasa Inggris) periode 2016-2017 yakni Ketum Abdul Ghani via saudari Ikhlimah dan saudari Mellysia. Makalah ini dimaksudkan sebagai bahan materi diskusi Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK) pada Sabtu tanggal 22 April 2017. Dengan ketua panitia acara Edo Pratama, sekretaris Sisri Rahmayani.

Tentu makalah ini jauh dari kata sempurna dan bagus, penulis tentu mohon kritikan yang konstruktif dari sidang pembaca sekalian. Makalah ini membahas topik “Peran Strategis Organisasi Internal Kampus dalam Menyiapkan Kepemimpinan”. Penulis membagi makalah ini menjadi tiga yaitu Pendahuluan, Pembahasan dan Penutup. Bagian pembahasan berisi tentang; Defenisi-Definisi, Bentuk-Bentuk Organisasi Internal Kampus, Manfaat Berorganisasi, Politik Kampus dan Peran Strategis Mahasiswa Transformasi Nilai dalam Lokomotif Perubahan.

2. PEMBAHASAN

A. Definisi-Definisi

optimalisasi-peran-mahasiswa-untuk-perubahan-dan-kebangkitan-3-728

  1. Organisasi

Pada pendahuluan telah penulis nayatakan bahwa secara kodrati, seseorang terbatas kemampuannya maka adakalanya ia tidak mampu melakukan banyak kegiatan – kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sosial bahkan tujuan sendiri sajapun kadang tidak mampu dicapai. Untuk itu dia harus menggunakan “tenaga” atau bantuan orang lain dalam arti bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuan atau berorganisasi.

Organisasi dapat diartikan bermacam – macam tergantung dari antara mana kita memandangnya. Menurut prof.Miriam Siofvan Arif,M.Ec.(PA),Ph.D Organisasi dapat dilihat melalui dua teori yakni Teori klasik memandang organisasi itu sebagai wujud. Sedangkan teori sistem memandang organisasi sebagai suatu proses.

Terkait pengertian organisasi tersebut diatas, maka beberapa orang ahli mendefinisikan organisasi sebagai berikut:

1). Malinowski “suatu kelompok orang yang bersatu dalam tugas – tugas atau tugas umum, terikat pada lingkungan tertentu, menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan”.

2). James D.Mooney “organisasi timbul bilamana orang – orang akan bergabung dalam usaha meereka untuk mencapai tujuan bersama”.

3). Chester I. Bernard “organisasi adalah bila orang – orang berhunungan satu sama lain, mau menyumbangkan kegiatan – kegiatan atau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”.

4). Henry L. Sick suatu kesatuan yang resmi untuk mencapai tujuan – tujuan.

5). Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan orang-orang di bawah suatu pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.

Dapat Kita simpulkan bahwa Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah dimana orang-orang yang memiliki kesamaan berkumpul yang mau bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan organisasi mahasiswa yaitu organisasi yang berisikan mahasiswa.

  1. Kepemimpinan

Menurut beberapa orang ahli, kepemimpinan adalah:

  • George R Terry menyebutkan kepemimpinan adalah efektifitas mempengaruhi orang orang agar dengan sukarela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
  • Ordway Tead mendefinisikan kepemimpinan adalah efektifitas mempengaruhi orang orang untuk bekerja sama menuju kesatuan tujuan yang mereka inginkan
  • Jhon P. Fiffner menyatakan kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
  • Gold Hommer dan E.A Shils mengungkapkan kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku dari orang orang yang dipimpinnya.

Bila disimpulkan, kepemimpinan adalah suatu seni efektifitas entah itu bentuk persuasi atau bentuk inspiratif dalam mempengaruhi orang lain untuk sama-sama mencapai tujuan bersama.

  1. Politik
    • Pengertian Etimologis Politik

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika – yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites – warga negara) dan πόλις (polisnegara kota).

Secara etimologi kata “politik” masih berhubungan dengan polis, kebijakan. Kata “politis” berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata “politisi” berarti orang-orang yang menekuni hal politik[1].

Masih didalam wikipedia, Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Turunan dari kata tersebut yaitu:

  • polites berarti warga negara
  • politikos berarti kewarganegaraan
  • politike tehne berarti kemahiran politik
  • politike episteme berarti ilmu politik

Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki istilah ars politica yang berarti kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan. Politik pun dikenal dalam bahasa Arab dengan kata siyasah yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus al Muhith mengatakan bahwa sustu ar-ra’iyata siyasatan berarti saya memerintahnya dan melarangnya.

  • Pengertian Terminologis

Pengertian Politik Menurut Definisi Para Ahli – Pengertian politik menurut definisi Aristoteles menyatakan bahwa pengertian politik adalah upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Pengertian Politik menurut definisi Joice Mitchel yang mengatakan bahwa pengertian politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum masyarakat seluruhnya. Pengertian politik menurut definisi Prof. Meriam Budhiarjo, pengertian politik adalah macam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Pengertian politik menurut definisi Robert, mengatakan bahwa pengertian politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia.

Dari definisi beberapa ahli di atas, disimpulkan bahwa Politik adalah pengaturan kebijakan untuk urusan umat di dalam dan luar negeri.

  1. Strategis

Beberapa ahli mendefinisikan Startegis sebagai berikut:

  1. Milkovich menyatakan Strategis adalah suatu hal yang mempunyai dampak atau pengaruh yang menguntungkan.
  2. Robbins mendefinisikan Strategis sebagai suatu tujuan dan sasaran yang menguntungkan dan bersifat jangka panjang.

Secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa strategis adalah suatu hal yang berdampak positif atau menguntungkan dalam rentang waktu jangka waktu.

B. Bentuk-Bentuk Organisasi Internal Kampus

MAHASISWQA

Adapun bentuk-bentuk organisasi internal kampus atau organisasi mahasiswa disetiap Perguruan Tinggi di hampir setiap kampus di Indonesia memiliki 4 bentuk organisasi mahasiswa yang berperan. Bentuk organisasi mahasiswa adalah sebagai berikut:

Pertama, Organisasi mahasiswa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), pad organisasi ini berkumpul para mahasiswa yang memiliki kesenangan atau hoby yang sama. Mereka senang berkumpul bersama menjalankan hoby mereka, seperti kesenian, olahraga, maupun sastra. pada organisasi ini anggotanya belum memiliki tujuan/ideologis yang jelas, hanya mengedepankan hoby mereka, dan tidak ada landasan ideologis yang kuat. UKM terbentuk atas dasar kesamaan minat serta hobby.

Kedua, Organisasi Mahasiswa UKK ( Unit Kegiatan Khusus), pada organisasi ini memiliki “induk” sistem dan menyebar hampir diseluruh kampus. Contohnya UKK Pramuka, Menwa dsb. Ada sistem undang-undang yang membentuk organisasi mahasiswa, UKK ini.

Ketiga, Organisasi Mahasiswa LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Isinya adalah mahasiswa yang sudah memiliki tujuan yang jelas dengan landasan ideologis yang kuat berdasarkan agama masing-masing. seperti KMM (Keluarga Mahasiswa Muslim), KMK (Keluarga Mahasiswa Kristen), dan lain lain. Organisasi ini berisi mahasiswa yang cenderung homogen, memiliki tujuan yang sama, dan kedekatannya bersifat personal. Jadi, mereka bergabung ke dalam LDK karena dekat secara personal dan pergaulannya hanya sebatas anak LDK saja. Kalaupun ada kenalan dari kampus lain, kebanyakan juga adalah anak LDK. Jadi, karakter negatif mahasiswa di dalam organisasi ini kurang bisa berkembang dan beradaptasi dengan pengaruh lingkungan. Mereka enggan berbaur dengan para mahasiswa yang hoby nongkrong, menyanyi, maupun bersenang-senang.

Keempat adalah Organisasi Mahasiswa BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Organisasi ini berisi mahasiswa yang bersifat heterogen, mereka berasal dari berbagai macam suku, agama, dan ras, organisasi. pergaulan di BEM lebih terbuka dan tidak kaku namun menuntut profesoinalitas mahasiswa.

C. Manfaat Berorganisasi

mahasiswa saat ini.jpg

Beberapa manfaat berorganisasi bagi mahasiswa, yaitu:

  1. Memperluas pergaulan (kecerdasan emosional)
  2. Meningkatkan wawasan/pengetahuan (kecerdasan intelektual)
  3. Membentuk pola pikir yang lebih baik (inteletual)
  4. Menjadi kuat dalam menghadapi tekanan (kecerdasan emosional)
  5. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi (Kecerdasan inteltual dan emosional
  6. Melatih leadership (kepemimpinan)
  7. Belajar mengatur waktu
  8. Memperluas jaringan (networking)
  9. Mengasah kemampuan social (kecerdasan sosial)
  10. Ajang latihan dunia kerja yang sesungguhnya (kecerdasan sosial)

D. Politik Kampus

Beberapa mahasiswa berjuang tanpa perjuangan ideologis jelas, yang hanya mengikuti dan ikut-ikutan Organisasi Internal Kampus ekstrimnya seperti sekelompok orang yang tergabung dalam EO yang mengejar keuntungan materil semata. Pragmatisme telah merasuki mahasiswa tersebut.

Politik kampus dipengaruhi politik negara, dengan seperangkat aturan sistem yang terlahir dari asas ideologi yang “dipakai” oleh negara tersebut. Jika dilihat corak kebijakan (policy) negara kita ini yang cenderung menuju neo-liberalisme (e.g: liberalisasi migas, liberalisasi listrik, perpanjangan freeport, pembakaran hutan dsb) maka dapat dipahami bahwa seluruh aspek kehidupan yang ada tengah terkungkung oleh hegemoni kepentingan pribadi/korporasi. Disanalah orang-orang pemilik modal menggerakan roda kehidupan atas dasar kepentingan pribadi.

Kepentingan pribadi inilah menunjukan corak masyarakat yang individualis, “merasuk” kepada kehidupan mahasiswa yang individualis yang cendrung hedonis dan apatis (tidak peduli) pada lingkungan sosial mereka berada.

Silahkan pembaca lakukan analisis sosial tentang realita bahwa politik di kampus atau kehidupan kampus adalah bagian kecil dari sistem ideologis kehidupan bernegara. Sekarang kapitalisasi pendidikan membentuk suatu pendidikan komersil, kemudian terjadi persaingan dalam bisnis pendidikan. Maka, mahasiswa yang berkuliah secara tidak sadar telah terinternalisasi paradigma kapitalis yang berbicara manfaat (untung dan rugi).

Agent of Change.jpg

Para calon sarjana dari kampus tertentu bukan lagi berorientasi pada kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan spiritual yang harus diraih. Mahasiswa telah ”dicekoki” nilai materialisme. Semua dinilai dengan materi. Bagi kaum materialisme, sukses saat memperoleh materi (benda). Oleh karenanya mahasiswa mati-matian meningkatkan kelayakan diri atau pengetahuan profesionalitas agar dapat menang bersaing di dunia kerjaa sebagai “kacung-kacung” perusahaan kapitalis asing.

Contoh lain, paradigma sekuler yang diadopsi negara, yang memisahkan nilai-nilai religiusitas memaksa rakyat untuk menjadikan sekulerisme sebagai dasar pemikiran mereka. Alhasil, asas manfaat (pragmatis) menyeret mahasiswa pada sikap apatis dan tidak peduli, apalagi bicara politik-. Dengan kebijakan ekonomi yang mengakumulasikan kekayaan pada orang-orang kaya ditambah kampus-kampus memiliki paradigma yang sama asas manfaat (untung, untung dan untung) maka inilah kombinasi yang “membunuh” peran politik mahasiswa.

Hari ini, Mahasiswa yang ada di kampus-kampus adalah mahasiswa yang sudah terpuaskan hidupnya, perut mereka sudah kenyang, dompet mereka sudah tebal dan sebagainya. Pada akhirnya, bukan sosial awarness yang hidup namun benih-benih para kapitalislah yang kian hidup subur dilingkungan kampus.

Dapat disimpulkan akibat asas manfaat/pragmatisme (untung, untung dan untung) oknum di kampus, menjadi hal yang lumrah dan wajar bilamana fenomena politik kotor, licik, korupsi tengah menanam benih sejak berada di kampus. Maka wajar bila yang terjadi adalah perpecahan diantara mahasiswa. Mereka menjadi pimpinan dikampus dan jabatan-jabatan organisasi internal kampus karena ada maunya dan boleh jadi motifnya adalah materil. Inilah lahirnya benih-benih pemimpin “pengkhianat” kepentingan rakyat.

E. Peran Strategis Mahasiswa: Transformasi Nilai dalam Lokomotif Perubahan

Dimana sajakah mahasiswa dapat berperan? Idealnya, mahasiswa harusnya mampu berperan di mana saja, baik di kampus, masyarakat bahkan ke sistem pemerintahan. Jadi rugilah mahasiswa ketika hanya berkutat di dalam kampus saja sebagai jagoan kandang.

Organisasi internal kampus saja tidak cukup dalam menjadikan mahasiswa agent of change dan social control. Peran mahasiswa yang tergabung dalam organisasi internal saja hanya mampu eksis di kandang. Mereka terkenal di dalam kampus, namun belum tentu di luar kampus, karena diikat oleh aturan kampus. Segala aktifitas mereka dipantau oleh kampus. Tidak ada kebebasan untuk bergerak di luar kampus, bahkan hanya untuk sekedar memberikan kritik dan sumbang saran.

Keterbatasan tersebut dapat dipenuhi dengan mengikuti organisasi ekstra kampus yang memiliki ideologis jelas. Karena organisasi ekstra kampus yang lebih ideologis dan dapat membuat kita bebas berekspresi tanpa tekanan dari pihak rektorat. Di Indonesia banyak organisasi semacam ini, seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia), GP (Gema Pembebasan), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), dan masih banyak lagi.

HMI-Aksi-411.jpg

Dampak mahasiswa yang bergabung di organisasi eksternal ini cendrung lebih berkarakter kuat, bebas berekspresi, profesional, dan bersifat heterogen tentunya. Mereka berjuang berdasarkan Ideologi yang di anut oleh organisasi tersebut sehingga menimbulkan karakter yang menonjol dibandingkan mahasiswa yang lain. Mahasiswa bebas berekspresi dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang sesuai dengan pendapat masyarakat, tanpa perlu dikekang oleh aturan kampus. Rektorat pun tidak mampu membubarkan organisasi ini. Mahasiswa dituntut profesional dalam bertindak dan tidak gegabah mengambil keputusan karena semua kebijakan diputuskan melalui musyawarah bersama.

Bagaimana caranya menjadi mahasiswa yang berperan strategis dimana saja? Satu-satunya cara adalah dengan mengikuti organisasi eksternal kampus. Organisasi eksternal kampus mempunyai kelebihan lebih banyak daripada organisasi internal kampus. Mereka menggabungkan ketiga karakter organisasi internal kampus, mulai dari kedekatan personal, keragaman (heterogen), profesionalisme, dan penyaluran hoby.

  • PENUTUP

Demikianlah makalah ini dibuat. Terdapat kekurangan yang butuh masukan dari pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat berkontribusi dalam menambah khasanah pengetahuan pembaca yang dirahmati Alloh S.W.T.

[1]Wikipedia, Politik (www.id.wikipedia.org Di akses 21 Februari 2017)

Tinggalkan komentar