RE-ORIENTASI OUTPUT PENDIDIKAN

RE-ORIENTASI OUTPUT PENDIDIKAN
By : Dedy Mahe.

1. Pendahuluan
Setelah Saya memandu Suatu Forum kecil (Pesertanya hanya 180 Orang saja) yang bahasan topiknya adalah “Taktik Men-Design Drama”. Dihadapan forum diskusi, Saya menemukan kelemahan peserta adalah kelemahan Kemampuan Imajinasi, Kelemahan Daya Fikir Kreatif.

,
Akhirnya saya berkontemplasi dan tulisan ini merupakan hasil kontemplasi tersebut. Apakah ada yang salah dengan pendidikan kita hari ini? Mengapa Pendidikan negara kita stagnan yang banyak menghasilkan sarjana pengangguran, atau lulusan Diploma/SMA/SMK menghasilkan buruh pekerja?
,
Jika pembaca tidak senang dengan tulisan saya ini, saya tantang Anda untuk “membalas” mengkritik saya melalui tulisan juga.
,
Tulisan berikut ini bisa juga dianggap suatu rangkaian kata-kata, yang penulis susun sedemikian rupa, untuk mereka Insan-Cita yang menuju ke-Paripurnaan. Bila Anda siap di Buai Kata-Kata, maka silahkan diteruskan membaca. Bila tidak siap di buai kata-kata, karena malas membaca seperti para kelompok pelajar dungu yang malas membaca, maka STOP!!! Gitu Aja Kok Repot hihihi…

,
Di Negara maju, Pada Hari ini, Ide-Gagasan-Konsep adalah komoditi yang sama mahal harganya dengan sebongkah emas-permata.
,
Bicara Ide-Gagasan-Konsep merupakan hasil ekstraksasi atau lebih pada kritalisasi sejumlah bahan yang berasal dari pengetahuan, ilmu-pengetahuan, pengalaman seseorang melalui metode dan proses berfikir tertentu.
,
Miris sekali melihat kenyataan negara kita, negara Indonesia bahwa negeri berpenduduk 250 juta-an jiwa ini, betapa sulitnya mencari konseptor ulung, imajinatif, adaptif, futuristik serta dinamis laksana fonding fathers Bung Hatta, Buya Hamka, Sutan Syahrir, Agus Salim, Bung Karno serta Tan-Malaka yang mendahulukan kepentingan bersama/ negara dibandingkan memenuhi “nafsu” pribadi dan kepentingan kelompok-golongan.
,
Ibarat Mencari Jarum ditumpukan Jerami. Eksistensi jarum sangat kecil ditengah tumpukan jerami yang meng-gunung. Jerami betapapun banyaknya hanya akan layu dan kembali ke tanah sebagai penghasil unsur hara.
,
Sama mirisnya mencari 11 Orang untuk menjadi Team Garuda (Ingat Garuda, bukan Burung Pipik), team sepak bola yang mampu berlaga dan menggetarkan jantung pertahanan lawan di kancah Sepak Bola Dunia.
,
Yang menjadi salah-satu penyebab utama degradasi kulaitas SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia adalah dis-orientasi output pendidikan bangsa kita.
,
Seperti kita ketahui dari Prof. Kihadjar Dewantara tentang Trilogi Pendidikan bahwa Keluarga, Lingkungan dan Institusi Pendidikan memiliki peran serta turut ber-tanggung-jawab bagi kemajuan pendidikan seseorang. Tentunya pendidikan yang holistik, radikal-komprehensif dan ini berasal dari sinergisitas keluarga, lingkungan dan institusi pendidikan. Namun belakangan disempurnakan oleh Ary Ginajar negara (pemerintah) sebagai lokomotif kemajuan pendidikan suatu Bangsa.
,
Bagi Anda yang suka nonton film Naruto. Di sana kita bisa menyaksikan pendidikan yang diperoleh oleh Naruto di Negara Konoha tempat Naruto besar dan “dibesarkan” (Kata besar dan dibesarkan itu berbeda maknanya). Mulai dari keluarga, lingkungan-masyarakat Konoha dan Negara Konoha berorientasi “mencetak” para pahlawan negara. Dengan dibentuknya system pendidikan (doktrinisasi) “pencetak” Ninja Negara Konoha. Kaderisasi di negara Konoha Film Naruto tersebut paling efektif dengan melaksanakan transformasi pendidikan di sekolah Ninja.
,
Calon Ninja menjalani proses pendidikan yang luar biasa keras, melelahkan, berbahaya, menyakitkan bahkan mempertaruhkan nyawa sebagai tantangannya.
,
Itu Film Naruto di Negara Konoha, di mana Keluarga, Lingkungan-Masyarakat dan Negaranya ber-orientasi mencetak para Ninja, Pahlawan Konoha yang menjaga Keutuhan dan Kedaulatan serta Kesejaheraan Negara.
,
Bagaimana dengan Pendidikan di Indonesia?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, mencari orang berilmu-pengetahuan yang kreatif serta memiliki ideologi, nilai-nilai keagamaan yang jelas sangat sulit.
,
Budaya “Instan” dan “Ogah Capek Mikir” sepertinya akan menjadi bagian dari peradaban bangsa ini. Mau dapet duit lebih lebih harus korupsi, mau cepet naik pangkat harus nyogok/kolusi, mau cepet kaya harus nyolong, mau dapat ide segar harus nyontek dll.
,
Setuju atau Benar g’ sih kalau saya katakan bahwa sebagian besar orang Indonesia kagak suka baca? Kurang budaya literasi.
,
Pengalaman teman penulis yakni Budiman Hakim dan saya sendiri waktu zaman sekolah dan kuliah. Bila saya memperhatikan hampir seluruh teman-teman saya tidak suka membaca.
,
Mereka terpaksa baca kalau dosen mengatakan akan ada test atau ujian. Mahasiswa lebih senang ngobrol dari pada baca buku.
,
Seperti pernyataan Prof. Nana Sudjana, ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah.
,
Seseorang yang telah memiliki ilmu-pengetahuan ilmiah disebut ilmuwan. Seyogyanya ilmuwan memiliki sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak cepat putus asa, tidak cepat puas dengan pekerjaan atau hasil karyanya.
,
Ada suatu tujuan organisasi yang baik untuk diaplikasikan yakni “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi…”
Untuk masuk pada tahap mengabdi ditengah masyarakat, harus ada proses pencipta (karya hasil proses berfikir kreatif) yang dilalui terlebih dahulu.
,
Untuk masuk pada tahap pencipta, harus ada proses akademis yakni ke ilmuan yang di lalui. Sedangkan untuk menjadi orang ber-ilmu tentu memiliki pengetahuan dan proses berfikir mengkuti metode tertentu. Salah cara mendapatkan banyak pengetahuan adalah membaca.

Tinggalkan komentar